Rabu, 22 Juni 2016

Tanda-tanda Lailatul Qadar

Nabi Muhammad Saw juga pernah mengkhabarkan kepada kita di beberapa sabda beliau tentangtanda-tanda lailatul qadar, yaitu:

1. Udara dan suasana pagi yang tenang Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist Hasan) Angin dalam keadaan tenang pada malam Lailatul Qodar, tidak berhembus kencang (tidak ada badai) dan tidak ada guntur.

Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Jabir bin Abdillah sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya Aku melihat Lailatul-Qodar kemudian dilupakannya, Lailatul-Qodar turun pada 10 akhir (bulan Romadlon) yaitu malam yang terang, tidak dingin dan tidak panas serta tidak turun hujan”. (HR. Ibnu Khuzaimah no.2190 dan Ibnu Hibban no.3688 dan dishohihkan oleh keduanya). Kemudian, hadits dari shohabat ‘Ubadah bin Shomit sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya) “Sesungguhnya alamat Lailatul-Qodar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak didalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu subuh. Sesungguhnya termasuk dari tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tegak lurus, tidak tersebar sinarnya seperti bulan pada malam purnama, haram bagi syaithon keluar bersamanya (terbitnya matahari) pada hari itu”. (HR. Ahmad 5/324, Al-Haitsamy 3/175 dia berkata : perawinya tsiqoh)

2. Cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya Dari Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim)

3. Terkadang terbawa dalam mimpi Seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.

4. Bulan nampak separuh bulatan Abu Hurairoh radliyallahu’anhu pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, beliau berkata, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)

5. Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan) Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam: “Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)

6. Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya. Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad at-Thusi al-Ghazali yang dikenal dengan sebutan Imam Al-Ghazali, beliau memberikan jawaban yang jelas dan gamblang, bahwa sebenarnya Lailatul Qadr dapat diketahui dari hari awal bulan puasa Ramadhan itu di mulai. Kemudian beliau menuturkan : “Jika awal bulan Ramadhan dimulai hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadr jatuh pada malam 29 Ramadhan. Jika awal bulan Ramadhan hari Senin, maka ia jatuh pada malam 21 Ramadhan. Jika awal Ramadhan hari Selasa atau Jum’at, maka ia jatuh pada malam 27 Ramadhan, dan jika awal Ramadhan hari Kamis maka ia jatuh pada malam 25 Ramadhan dan jika awal Ramadhan hari Sabtu maka ia jatuh pada malam 23 Ramadhan”.(Hasyiah Jamal Ala Syarkhil Minhaj, Juz II, hal. 357). Mengapa Lailatul Qadar disembunyikan ? Ada beberapa kemungkinan jawaban, sebagaimana terpapar dalam Tafsir Ar-Razi.

Yang menarik diantara kemungkinan-kemungkinan itu adalah sebagai berikut. Yakni bahwa Allah menyembunyikan Lailatul Qadar agar hambaNya tak bertambah-tambah dosa. Karena, jika Allah memberitahukan kapan Lailatul Qadar, maka kalau seorang hamba melakukan ketaatan di malam itu, akan dilipatgandakan seperti pahala ketaatan 1000 bulan. Maka, sebagaimana pula ketaatan, kemaksiatan pun akan dilipatgandakan dosanya. Allah tahu bahwa sebagian hambaNya, jika diberitahu kapan Lailatul Qadar pun, akan tetap berbuat maksiat. Berlipatgandanya dosa ini tak akan terjadi jika si hamba tak tahu bahwa malam itu (yakni malam di mana ia berbuat maksiat) adalah malam Lailatul Qadar. Selaras dengan kasih sayang Allah seperti ini, adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah.

0 komentar:

Posting Komentar