Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Datang di Blog Myanto Mahardika Scout, Semoga Bermanfaat untuk Kita Semua.

Motivasiku

Orang yang selalu beralasan selamanya tidak akan menemui kemajuan pada dirinya.

Inspirasiku

Setiap Manusia pasti berbuat salah, maka Instropeksi, dan berbenah diri serta saling menasehati adalah yang terbaik untuk kita lakukan.

Mutiara Hikmah

Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik budi pekertinya dan yang bermanfaat buat manusia lainnya.

Warning

Katakan benar pada yang benar dan katakan Tidak pada yang salah atau bathil.

Rabu, 22 Juni 2016

Tanda-tanda Lailatul Qadar

Nabi Muhammad Saw juga pernah mengkhabarkan kepada kita di beberapa sabda beliau tentangtanda-tanda lailatul qadar, yaitu:

1. Udara dan suasana pagi yang tenang Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist Hasan) Angin dalam keadaan tenang pada malam Lailatul Qodar, tidak berhembus kencang (tidak ada badai) dan tidak ada guntur.

Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Jabir bin Abdillah sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya Aku melihat Lailatul-Qodar kemudian dilupakannya, Lailatul-Qodar turun pada 10 akhir (bulan Romadlon) yaitu malam yang terang, tidak dingin dan tidak panas serta tidak turun hujan”. (HR. Ibnu Khuzaimah no.2190 dan Ibnu Hibban no.3688 dan dishohihkan oleh keduanya). Kemudian, hadits dari shohabat ‘Ubadah bin Shomit sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya) “Sesungguhnya alamat Lailatul-Qodar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak didalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu subuh. Sesungguhnya termasuk dari tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tegak lurus, tidak tersebar sinarnya seperti bulan pada malam purnama, haram bagi syaithon keluar bersamanya (terbitnya matahari) pada hari itu”. (HR. Ahmad 5/324, Al-Haitsamy 3/175 dia berkata : perawinya tsiqoh)

2. Cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya Dari Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim)

3. Terkadang terbawa dalam mimpi Seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.

4. Bulan nampak separuh bulatan Abu Hurairoh radliyallahu’anhu pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, beliau berkata, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)

5. Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan) Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam: “Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)

6. Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya. Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad at-Thusi al-Ghazali yang dikenal dengan sebutan Imam Al-Ghazali, beliau memberikan jawaban yang jelas dan gamblang, bahwa sebenarnya Lailatul Qadr dapat diketahui dari hari awal bulan puasa Ramadhan itu di mulai. Kemudian beliau menuturkan : “Jika awal bulan Ramadhan dimulai hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadr jatuh pada malam 29 Ramadhan. Jika awal bulan Ramadhan hari Senin, maka ia jatuh pada malam 21 Ramadhan. Jika awal Ramadhan hari Selasa atau Jum’at, maka ia jatuh pada malam 27 Ramadhan, dan jika awal Ramadhan hari Kamis maka ia jatuh pada malam 25 Ramadhan dan jika awal Ramadhan hari Sabtu maka ia jatuh pada malam 23 Ramadhan”.(Hasyiah Jamal Ala Syarkhil Minhaj, Juz II, hal. 357). Mengapa Lailatul Qadar disembunyikan ? Ada beberapa kemungkinan jawaban, sebagaimana terpapar dalam Tafsir Ar-Razi.

Yang menarik diantara kemungkinan-kemungkinan itu adalah sebagai berikut. Yakni bahwa Allah menyembunyikan Lailatul Qadar agar hambaNya tak bertambah-tambah dosa. Karena, jika Allah memberitahukan kapan Lailatul Qadar, maka kalau seorang hamba melakukan ketaatan di malam itu, akan dilipatgandakan seperti pahala ketaatan 1000 bulan. Maka, sebagaimana pula ketaatan, kemaksiatan pun akan dilipatgandakan dosanya. Allah tahu bahwa sebagian hambaNya, jika diberitahu kapan Lailatul Qadar pun, akan tetap berbuat maksiat. Berlipatgandanya dosa ini tak akan terjadi jika si hamba tak tahu bahwa malam itu (yakni malam di mana ia berbuat maksiat) adalah malam Lailatul Qadar. Selaras dengan kasih sayang Allah seperti ini, adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah.

Selasa, 21 Juni 2016

NUZULUL QUR'AN

Nuzulul Qur'an

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

 (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). 

Bulan Ramadhan disebut sebagai “Syahrul-Huda” (bulan petunjuk), karena wahyu yang pertama kali diturunkan dari kitab-kitab Allah tepat pada bulan Ramadhan. Oleh karena itu Ramadhan juga disebut sebagai “Syahrul-Wahyu” (bulan wahyu) atau lebih khusus lagi disebut sebagai “Syahrul-Qur’an” (bulan Al-Qur’an). Disebut Syahrul-Qur’an karena wahyu Al-Qur’an diturunkan pertama kali pada bulan Ramadhan dan banyak ayat-ayat yang lain diturunkan pada bulan suci Ramadhan. 

Diterangkan dari hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad bahwa Kitab Shuhuf diturunkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim as pada permulaan malam bulan Ramadhan. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as pada malam yang keenam bulan Ramadhan. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as pada malam yang ketiga belas dari bulan Ramadhan. Sedangkan Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada malam yang ketujuh belas dan ada juga riwayat yang mengatakan pada malam kedua puluh empat bulan Ramadhan. 

Keutamaan Membaca Al-Qur’an

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ, وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ اَمْثَالِهَا 

Artinya: “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah (Al-Qur’an) maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan akan dilipatkan menjadi sepuluh kali lipat yang serupa” (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan shahih). 

            Bahkan dalam keterangan yang lain disebutkan bahwa jika seseorang membaca Al-Qur’an dalam keadaan berwudhu (suci) maka kebaikan (pahalanya) akan dilipatkan menjadi dua puluh lima kali lipat. Jika membacanya dalam keadaan shalat maka akan dilipatkan menjadi seratus kali lipat. Dan barang siapa yang membacanya pada bulan suci Ramadhan akan dilipat-gandakan menjadi seribu kali lipat. Bayangkan jika kita mampu membaca satu surat saja, atau satu Juz, atau bahkan mengkhatamkan Al-Qur’an, maka Allah akan melipat-gandakan pahalanya dengan sempurna. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mengkhatamkan Al-Qur’an, maka akan dimintakan rahmat oleh enam puluh ribu (60.000) malaikat ketika ia mengkhatamkannya” (HR. Ad-Dailami).

            Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah, maka hendaklah ia memuliakan ahli (atau keluarga) Allah”. Rasulullah SAW ditanya, “Apakah Allah itu mempunyai ahli?”. Beliau menjawab, “Ya, punya”. Beliau ditanya lagi, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Ahli Allah di dunia adalah orang yang rajin membaca Al-Qur’an; dan ketahuilah barang siapa yang memuliakan mereka, maka sungguh dia dimuliakan oleh Allah dan diberi surga; dan barang siapa yang menghinakan mereka maka dia akan dihinakan oleh Allah dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka”. 

Belajar dan mengajar Al-Qur’an

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ 

Artinya: “Sebaik-baik diantara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mau mengajarkannya” (HR. Al-Bukhari). 

Mempelajari Al-Qur’an merupakan kewajiban umat Islam. Orang Islam yang baik ialah mereka yang senantiasa mempelajari Al-Qur’an. Sedangkan orang yang paling buruk adalah yang tidak mengerti Al-Qur’an dan tidak mau mempelajarinya. Kita wajib mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan kaidah tajwid dan makhraj yang benar. Kita diwajibkan pula untuk mempelajari kandungan Al-Qur’an, yakni mengerti pesan-pesan Al-Qur’an, tafsirnya, hukum-hukum, perintah, larangan, dan nasehat yang terkandung dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, kita wajib mendatangi majelis ta’lim, mencari guru dan rajin membaca buku-buku keagamaan agar dapat mengerti Al-Qur’an. Sedangkan bagi mereka yang pandai dan berkemampuan didalamnya wajib mengajarkan Al-Qur’an. 

Dari Abu Hurairah ra., Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah berkumpul suatu kaum pada salah satu rumah Allah, dengan membaca al-Qur’an, kemudian mempelajarinya bersama, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, akan dikucurkan untuk mereka rahmat, malaikat akan mengerumuni mereka dan Allah akan memuji mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya”(HR. Ibnu Majah). 

Allah Ta’ala berfirman dihadapan para Malikat-Nya: “Lihatlah oleh kalian akan para hamba-Ku yang selalu berdzikir dan membaca kitab-Ku (Al-Qur’an)”. Malaikat Jibril menyampaikan kepada Nabi SAW, “bahwa Allah membangga-banggakan orang yang berdzikir dan mempelajari Al-Qur’an dihadapan para malaikat-Nya”. 

Mengamalkan Al-Qur’an

 اَلْقُرْآنُ شَافِعٌ مُشَفِّعُ, وَمَنْ جَعَلَهُ اَمَامَهُ قَادَهُ اِلَى الْجَنَّةِ, وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَهُ شَاقَهُ اِلَى النَّارِ 

Artinya: “Al-Qur’an adalah obat dari segala obat, barang siapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai imamnya maka ia akan menuntunnya ke surga, dan barang siapa yang membelakangi al-Qur’an, maka al-Qur’an akan menjerumuskannya ke jurang neraka”. 

            Yang dimaksud hadits ini adalah bahwa barang siapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai imamnya atau mengamalkannya dalam kehidupan, maka Al-Qur’an tersebut akan membelanya dan membantunya memasuki surga. Sedangkan orang yang membelakangi Al-Qur’an, yakni orang yang mengabaikan, menyepelekan dan menolak Al-Qur’an, maka Al-Qur’an sendirilah yang akan mendorong mereka ke neraka di akherat kelak. 

            Yang paling penting setelah membaca dan mempelajari al-Qur’an adalah berusaha mengamalkannya. Barang siapa yang hidupnya mengingkari al-Qur’an atau tidak menjadikannya sebagai pedoman hidup, maka mereka akan termasuk orang yang kafir, zalim dan fasiq. Rasulullah SAW bersabda:
 
إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهذَ الْقُرْآنِ اَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ اَخَرِيْنَ 

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an dan dengan Al-Qur’an pula Allah menghinakan suatu kaum” (HR. Muslim & Ibnu Majah). 

            Yang dimaksud hadits ini adalah bahwa suatu kaum yang mengamalkan Al-Qur’an maka kehidupan mereka akan dimuliakan di dunia dan di akherat. Sedangkan suatu kaum yang mengabaikan Al-Qur’an maka mereka akan di inakan di dunia dan diakherat. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala: “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami angkat (kemuliaan)nya dengan ayat-ayat (Al-Qur’an) itu, tetapi ia cenderung kepada (kenikmatan) dunia (saja) dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaan mereka seperti anjing, jika kamu memperingatkannya dijulurkannya lidahnya dan jika kamu biarkan saja tetap dijulurkannya lidahnya. Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir” (QS. Al-A’raf: 176).

Para Penghafal Al-Qur’an 

حَامِلُ الْقُرْآنِ حَامِلُ رَايَةِ اْلاِسْلاَمِ فَمَنْ اَكْرَمَهُ اَكْرَمَهُ اللهُ وَمَنْ اَهَانَهُ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ 

Artinya: “Orang yang hafal Al-Qur’an adalah pembawa bendera Islam. Barang siapa yang menghormati mereka maka Allah akan memuliakannya, dan barang siapa menghinakan mereka maka Allah akan melaknatinya” (HR. Ad-Dailami). 

Rasulullah SAW menyampaikan kepada Abu Hurairah ra., “Wahai Abu Hraurah tidak ada disisi Allah yang dapat menandingi kemuliaan orang yang hafal Al-Qur’an, dan sesungguhnya orang yang hafal Al-Qur’an lebih mulia dari siapapun selain dari para Nabi”