Imam Ghazali menyebutkan lima syarat layak tidaknya seseorang diangkat sebagai teman:
1. Uji akalnya. Mengapa? Akal adalah modal utama dalam meraih keberuntungan. Sebaliknya, kebodohan adalah sebuah kerugian. Seorang yang berusaha mengemudikan kendaraan tanpa memiliki kecakapan, akan membahayakan dirinya, atau bahkan bisa melukai orang lain. Seorang pembantu yang tidak pintar, akan melakukan hal-hal yang dapat membahayakan bayi majikannya.
Oleh karena itu, Imam Ali bin Abi Thalib r.a. mengatakan:
“Jangan kamu berteman dengan orang yang bodoh
Berhati-hatilah banyak orang yang pandai, jatuh karena orang yang bodoh.”
2. Uji Budi pekertinya. Betapa banyak orang yang cerdas secara intelektual tapi tidak dalam kepribadian. Banyak orang yang pandai secara akademis, namun tidak dalam budi pekerti. Allah memuji Rasul karena budi-pekerti beliau yang sangat mulia. Budi-pekerti yang luhur adalah ibarat parfum yang berbau harum. Semakin wangi, semakin tinggi pula nilainya.
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Qs. Al-Qalam: 04)
3. Lihat Perbuatannya. Artinya, jangan mencari kawan, pembantu atau pegawai yang fasik, melanggar ajaran Allah. Carilah sosok yang taat pada Allah dan hindari orang-orang yang gemar bermaksiat.
Allah berfirman: “Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi.” (QS. An-Najm: 29).
4. Lihat Akidahnya. Islam yang dibawa ke Indonesia oleh Wali Songo mengikuti akidah Ahlus Sunnah wal Jama`ah. Oleh karena itu, perlu menjadi kewaspadaan kita di dalam menjalin pergaulan dengan mereka yang berfaham lain. Kita mesti selalu berhati-hati agar virus berbahaya di sekitar kita tidak sampai mengganggu faham yang kita anut.
5. Perhatikan Cintanya Pada Dunia. Jangan mencari teman yang terlalu cinta kepada dunia, tamak dan serakah. Dua ciri khas orang tamak adalah enggan membantu orang lain yang berada dalam kesusahan dan selalu berusaha menambah kenikmatan duniawinya meski untuk itu harus menginjak hak dan martabat orang lain.
Orang tamak tak mau merugi, bahkan orang seperti ini biasanya cenderung mengorbankan orang lain untuk memperoleh keuntungan sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar